Pangeran Cakrabuana
Pangeran Cakrabuana adalah keturunan Pajajaran.
Putera pertama Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari istrinya yang kedua
bernama SubangLarang (puteri Ki Gedeng Tapa). Nama kecilnya adalah Raden
Walangsungsang, setelah remaja dikenal dengan nama Kian Santang. Ia mempunyai
dua orang saudara seibu, yaitu Nyai Lara Santang/ Syarifah Mudaim dan Raden
Sangara.
Sebagai anak sulung dan laki-laki ia tidak
mendapatkan haknya sebagai putera mahkota Pakuan Pajajaran. Hal ini disebabkan
oleh karena ia memeluk agama Islam (diturunkan oleh Subanglarang – ibunya),
sementara saat itu (abad 16) ajaran agama mayoritas di Pajajaran adalah Sunda
Wiwitan (agama leluhur orang Sunda) Hindu dan Budha. Posisinya digantikan oleh
adiknya, Prabu Surawisesa, anak laki-laki Prabu Siliwangi dari istrinya yang
ketiga Nyai Cantring Manikmayang.
Ketika kakeknya Ki Gedeng Tapa yang penguasa
pesisir utara Jawa meninggal, Walangsungsang tidak meneruskan kedudukan
kakeknya, melainkan lalu mendirikan istana Pakungwati dan membentuk pemerintahan
di Cirebon. Dengan demikian, yang dianggap sebagai pendiri pertama Kesultanan
Cirebon adalah Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana. Pangeran Cakrabuana,
yang usai menunaikan ibadah haji kemudian disebut Haji Abdullah Iman, tampil
sebagai “raja” Cirebon pertama yang memerintah dari keraton Pakungwati dan aktif
menyebarkan agama Islam kepada penduduk Cirebon.
b. Sunan Gunung Jati
Pada tahun 1479 M, kedudukannya kemudian
digantikan putra adiknya, Nyai Rarasantang dari hasil perkawinannya dengan
Syarif Abdullah dari Mesir, yakni Syarif Hidayatullah (1448-1568) yang setelah
wafat dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati dengan gelar Tumenggung Syarif
Hidayatullah bin Maulana Sultan Muhammad Syarif Abdullah dan bergelar pula
sebagai Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Panatagama Awlya
Allah Kutubid Jaman Khalifatur Rasulullah.
Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada
Kesultanan Cirebon dimulailah oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
Sunan Gunung Jati kemudian diyakini sebagai pendiri dinasti raja-raja Kesultanan
Cirebon dan Kesultanan Banten serta penyebar agama Islam di Jawa Barat seperti
Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten. Setelah Sunan
Gunung Jati wafat, terjadilah kekosongan jabatan pimpinan tertinggi kerajaan
Islam Cirebon. Pada mulanya calon kuat pengganti Sunan Gunung Jati ialah
Pangeran Dipati Carbon, Putra Pangeran Pasarean, cucu Sunan Gunung Jati. Namun,
Pangeran Dipati Carbon meninggal lebih dahulu pada tahun 1565.
Label: Pangeran Cakrabuana
1 Komentar:
Saya dari Cirebon.
Saya tertarik melihat lukisan foto "Pangeran Cakrabuana" di blog ini. Saya mohon ijin copas untuk postingan saya yang belum ada fotonya.
Belum lama ini saya membuat blog dan menampilkan postingan berjudul "Mbah Kuwu Sangkan" (http://dodi-nurdjaja.blogspot.com/2012/11/mbah-kuwu-sangkan.html), yang berisi deretan nama-nama yang disandang Pangeran Cakrabuana. Mangga mampir dan komen untuk koreksi atau menambahkan.
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda